Kanker Paru-Paru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Syaifudin, 2007).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari seluruh kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki (Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan kematian akibat kanker paru terhadap penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun (Alsagaf, 1995).
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru (PDPI, 2003).
1.2 . RUMUSAN MASALAH
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Penyakit CA Paru.
I. 3. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah kepada sesama mahasiswa khususnya dan masyarakat secara umum tentang CA Paru. Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan untuk pengobatan penyakit berdasarkan informasi yang terdapat dalam makalah.
I. 4. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur. Dengan metode ini, penulis mencari dan mengumpulkan informasi penting yang sesuai dengan topik penulisan dari berbagai sumber seperti beberapa buku, artikel dan website atau situs-situs internet yang terkait.
I. 5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu Bab I: Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Pembahasan,Bab III: Asuhan Keperawatan serta Bab IV: Penutup, yang terdiri atas Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Review Anfis Sistem Pernafasan
Bernapas adalah sebuah proses yang dilakukan oleh sebagian besar mahluk hidup di muka bumi ini. Dalam prosesnya, bernapas juga memerlukan suatu sistem yang kita kenal sebagai sistem pernapasan. Di dalam sistem pernapasan, kita memiliki apa yang disebut sebagai saluran pernapasan. Saluran pernapasan merupakan sebuah saluran yang berawal dari hidung ataupun mulut dan berakhir di paru-paru.
Saluran pernapasan kita terdiri dari saluran hidung à faring à laring à trakea à bronkus à bronkiolus à alveolus. Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga faring. Walaupun mempunyai sistem pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai infeksi saluran pernapasan.
Sistem pernafasan meliputi :
Rongga hidung terdiri dari benjolan seperti rak yaitu turbinat yang bekerja seperti kisi-kisi radiator untuk menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara inspirasi mukosa rongga ini memiliki banyak pembuluh darah yang bervaria. Laring adalah suatu katuk yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakeaaring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena itu dapat menyebabkan batuk bila terserang
Trakea dipertahankan terbuka oleh cincin-cincin kartilago berbentuk huruf c, trakea yang bercabang menjadi dua brnkus setiap cabang-cabangnya kemudian bercabang kembali kedalam paru, akhirnya berujung dalam kantog tipis. Alvioli jalan nafas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng kartilago dindingnya untuk mencegah kempesnya selama perubahan tekanan dalam paru-paru. Cabang-cabang trakea dilapisi dengan silia yaitu epitalium yang menghabiskan lendir, debu-debu tertangkap mukosa kemudian di sapu kelaring oleh silia dan dibatukan keluar
Bronkus bercabang lagi dan seterusnya menjadi makin kecil yang membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong kartilago, tetapi memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk penyempitan jalan nafas
Paru-paru adalah struktur elastis seperti spon, paru-paru berada dalam rongga torak yang terkandung dalm susunan tulang iga dan letaknya disebelah kiri dan kanan media stinum. Alveoli dibungkus oleh anyaman kapiler yang sangat halus yang mengandung darah. Udara dan darah berhubungan lewat dinding tipis hanyan dua sel yang tebal. Disini pertukaran gas terjadi melalui difusi ( Monika Ester. 1999 )
2.2 Definisi
Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000)
Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus ( sylvia,1995:843 )
Kanker paru adalah tumor paru ganas primer yang berasal dari saluran nafas ( Taprani 1996:234 )
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995)
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel epitel.
2.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
2.4 Patofisiologi
kanker paru merupakan tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernafasan bagian bawah yang berasal percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsino genetik diantaranya rokok yang mengandung neutal fraktion dan basik fraktion, polusi udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan diit yang tidak baik.
Bahan bahan tersebut masuk kesaluran pernafasan dan menyebar melalui alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang abnormal kemudian terjadilah tumor paru sehingga disana terjadidiantaranya mtatase pada bagian-bagian paru seperti pada bagian traktus superior pada kerja silia menurun dan muskularis disaluran pernafasan disana terdapat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafaf.
Terjadinya metastase didaerah paru plura dinding paru, tulang, atau syaraf, dicolumna vetebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pad asyaraf nyeri kronik dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan ditraktus digestifus maka mengakibatkan mual.
Pada lobus paru mak dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan (lobustomi) pada bagian lumbal atau columna vetebralisyang akan mengakibatkan klien keterbatasan gerak.
Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang dan pada metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri koronaria sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan kerja jantung
Metastase pada pleura dinding paru, tulang dan saraf, dikolumna vetebralis toraka dan lumbal dapat terjadi infasi pada saraf, nyeri kronik dan keterbatasan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan sehingga mengakibatkan mual
(Tabrani rab, 1996)
2.5 Manifestasi klinis
Keluhan utama:
1) Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Suara serak
5) Nyeri dada yang persisten
6) Sulit/sakit menelan
7) Benjolan di pangkal leher
8) Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
1) Berat badan berkurang
2) Nafsu makan hilang
3) Demam hilang timbul
4) Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
2.7 Komplikasi
a. Hematorak
b. Peneumutorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru
f. Atetektasis
2.8 Pemeriksaan diagnostic
Radiologi.
1) Foto Thorax Posterior-Anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2.9 Penatalakasanaa
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
( Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum
Kemoterafi.
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASPEK SECARA UMUM
Pengkajian
Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal masuk, No. MR, Dx Medis dan lain-lain.
Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kanan, dan nafas sesak disertai nafsu makan berkurang, tubuh lemah, batuk atau batuk berdarah
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah dirawat dengan tumor paru
Biasanya klien pernah merokok,
Biasanya disebabkan oleh polusi udara seperti debu dan asap pabrik
Biasanya klien pernah mengalami penyaki saluran pencernaan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit tumor paru
Biasanya anggota keluarga klien pernah menderita penyakit saluran pernafasan
Pemeriksaan fisik
1) Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasan rutin dispnea aktivitas
Tanda : Kelesuhan ( biasanya tahap lanjut ) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulassi
Gejala : JVD (obstruksi vena kava)
Tanda : Tacikardi/disritmia
3) Integritas ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan menolak kondisi yang berat/potensial keganasan
Tanda : Kegelsahan, imsonia, pertanyaanyang diulang-ulang
4) Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul ( ketidak seimbangan hormonal, karsional sel kecil)
Tanda : Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal tumor epidermoid )
5) Makanan / cairan
Gejala : penurunan BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan
Tanda : kurus kerempeng atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/leher,dada, punggung (obstruksi vene kava) edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan, hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal tumor epidermid)
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (ketidakbiasaannya ada pad atahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat tidak dapat dipengaruhi oleh perubahn posisi.nyeri bahu tangan (khususnya pada sel besar adenokarsinoma). nyeri tulang sendi : erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan (sel besra atau adenokarsinoma).nyeri abdomen hilang timbul.
7) Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya atau produksi sputum, nafas pendek. Pakarja yang terpejam polutan, debu industri (misalnya abses obsida besi debu batu bara, materi radio aktif), dan riwayat merokok
Tanda : dispenea, meningkat dengan bekerja peningkatan freemitus taktil (menunjukan konsulidasi). krekel/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara) hemopitis.
8) Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau adenokarsinoma) kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas
Tanda : Ginekomasatik (prubahan hormon neo plastik, karsinoma sel besar), amenorea/impotent.
10) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor redikao keluarga kankar khususnya paru tuberkulosis
(Sumber : Doengoes Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 EGC)
Diagnosa Keperawatan
Preoperasi Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000,dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1) Kerusakan Pertukaran Gas b/d : Hipoventilasi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah atau viskositas secret paru, meningkatnya jalan nafas
3) Ketakutan atau ansietas b/d : factor psikologis, perubahan status kesehatan, takut mati
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d iintake yang tidak adekuat
5) Gangguan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
6) Gangguan komunikasi verbal b/d tidak dapat bicara
7) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/retensi urine
8) Nyeri b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada
Pasca operasi (Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1) Kerusakan pertukaran gas b/d: pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen, penurunan kapasitas pembawa oksigen darah/ kehilangan darah
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : peningkatan jumlah atau fiskositas sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan atau kelelahan
3) Nyeri atau akut b/d: insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
4) Ansietas b/d : krisis situasi, ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman kematian
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurang mengingat atau kurang informasi
Rencana keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/k. Hasil Intervensi Rasional
1.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret.
Kerusakan pertukaran gas b/d obstruksi bronkus.
Jalan nafas kembali efektif.
Kt : Menunjukkan
– Hilangnya dispreu
– Tidak ada secret.
– TTV dbn.
RR ± 16-20 X.
Kerusakan pertukaran gas dapat teratasi dengan baik.
Kh : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi.
– Catat upaya dan perubahan pola nafas.
– Observasi pada expansi dinding dada.
– Catat karakteristik batuk (Mis. Menetap,efektif, takefektif) juga karakteristik sputum.
– Kolaborasi pemberian bronkudikator ex. Aminophilin, albuterol, dll.
– Kaji status pernapasan (follow up)
– Catat adanya bunyi tambahan mis: krekles,mengi.
– Kaji adanya slanusi.
– Kolaborasi gambar seri GDA.
– Pengunaan otot interkostal abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan pelebaran upaya bernafas.
– Ekspedisi dada terbatas karena adanya penumpukan secret / supulum.
– Batuk dapat berubah tergantung pada penyebabnya.
– Obat untuk menghilangkan spasme bronkus, menghilangkan viskositas secret.
– Dispnea merupakan komponesasi terhadap adanya tahanan jalan nafas.
– Bunyi nafas dapat menghilangkan krekles menunjukkan bukti adanya menjukkan cairan dalam area jaringan.
– Oksigenisasi bermakna sebelum sianosis.
– Menunjukkan vertilasi atau oksigenasi.
Implementasi
Melaksanakan seluruh Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit KANKER PARU-PARU agar di peroleh kondisi klien yang optimal.
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan criteria hasil yang diharapkan dan melanjutkan merencanakan kembali intervensi keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel.
Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat memahami materi tentang CA Paru. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian pembaca dapat mengetahui cara pencegahan dari penyakit Ca Paru dan mengetahui cara mengobatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Gofar,Abdul.(2009). Cara mudah mengenal dan mengobati kanker. Jakarta : Flamingo.
Doengoes,M.(1999) rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3, Jakarta :EGC
Brunner dan Sudarth.(2002). Keperawatan Medical bedah, Edisi 8, Jakarta ,EGC.
Arif Muttaqin.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan system pernafasan.Salemba Medika
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Syaifudin, 2007).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari seluruh kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki (Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan kematian akibat kanker paru terhadap penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun (Alsagaf, 1995).
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru (PDPI, 2003).
1.2 . RUMUSAN MASALAH
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Penyakit CA Paru.
I. 3. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah kepada sesama mahasiswa khususnya dan masyarakat secara umum tentang CA Paru. Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan untuk pengobatan penyakit berdasarkan informasi yang terdapat dalam makalah.
I. 4. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur. Dengan metode ini, penulis mencari dan mengumpulkan informasi penting yang sesuai dengan topik penulisan dari berbagai sumber seperti beberapa buku, artikel dan website atau situs-situs internet yang terkait.
I. 5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu Bab I: Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Pembahasan,Bab III: Asuhan Keperawatan serta Bab IV: Penutup, yang terdiri atas Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Review Anfis Sistem Pernafasan
Bernapas adalah sebuah proses yang dilakukan oleh sebagian besar mahluk hidup di muka bumi ini. Dalam prosesnya, bernapas juga memerlukan suatu sistem yang kita kenal sebagai sistem pernapasan. Di dalam sistem pernapasan, kita memiliki apa yang disebut sebagai saluran pernapasan. Saluran pernapasan merupakan sebuah saluran yang berawal dari hidung ataupun mulut dan berakhir di paru-paru.
Saluran pernapasan kita terdiri dari saluran hidung à faring à laring à trakea à bronkus à bronkiolus à alveolus. Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga faring. Walaupun mempunyai sistem pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai infeksi saluran pernapasan.
Sistem pernafasan meliputi :
Rongga hidung terdiri dari benjolan seperti rak yaitu turbinat yang bekerja seperti kisi-kisi radiator untuk menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara inspirasi mukosa rongga ini memiliki banyak pembuluh darah yang bervaria. Laring adalah suatu katuk yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakeaaring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena itu dapat menyebabkan batuk bila terserang
Trakea dipertahankan terbuka oleh cincin-cincin kartilago berbentuk huruf c, trakea yang bercabang menjadi dua brnkus setiap cabang-cabangnya kemudian bercabang kembali kedalam paru, akhirnya berujung dalam kantog tipis. Alvioli jalan nafas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng kartilago dindingnya untuk mencegah kempesnya selama perubahan tekanan dalam paru-paru. Cabang-cabang trakea dilapisi dengan silia yaitu epitalium yang menghabiskan lendir, debu-debu tertangkap mukosa kemudian di sapu kelaring oleh silia dan dibatukan keluar
Bronkus bercabang lagi dan seterusnya menjadi makin kecil yang membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong kartilago, tetapi memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk penyempitan jalan nafas
Paru-paru adalah struktur elastis seperti spon, paru-paru berada dalam rongga torak yang terkandung dalm susunan tulang iga dan letaknya disebelah kiri dan kanan media stinum. Alveoli dibungkus oleh anyaman kapiler yang sangat halus yang mengandung darah. Udara dan darah berhubungan lewat dinding tipis hanyan dua sel yang tebal. Disini pertukaran gas terjadi melalui difusi ( Monika Ester. 1999 )
2.2 Definisi
Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000)
Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus ( sylvia,1995:843 )
Kanker paru adalah tumor paru ganas primer yang berasal dari saluran nafas ( Taprani 1996:234 )
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995)
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel epitel.
2.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
2.4 Patofisiologi
kanker paru merupakan tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernafasan bagian bawah yang berasal percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsino genetik diantaranya rokok yang mengandung neutal fraktion dan basik fraktion, polusi udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan diit yang tidak baik.
Bahan bahan tersebut masuk kesaluran pernafasan dan menyebar melalui alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang abnormal kemudian terjadilah tumor paru sehingga disana terjadidiantaranya mtatase pada bagian-bagian paru seperti pada bagian traktus superior pada kerja silia menurun dan muskularis disaluran pernafasan disana terdapat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafaf.
Terjadinya metastase didaerah paru plura dinding paru, tulang, atau syaraf, dicolumna vetebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pad asyaraf nyeri kronik dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan ditraktus digestifus maka mengakibatkan mual.
Pada lobus paru mak dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan (lobustomi) pada bagian lumbal atau columna vetebralisyang akan mengakibatkan klien keterbatasan gerak.
Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang dan pada metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri koronaria sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan kerja jantung
Metastase pada pleura dinding paru, tulang dan saraf, dikolumna vetebralis toraka dan lumbal dapat terjadi infasi pada saraf, nyeri kronik dan keterbatasan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan sehingga mengakibatkan mual
(Tabrani rab, 1996)
2.5 Manifestasi klinis
Keluhan utama:
1) Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Suara serak
5) Nyeri dada yang persisten
6) Sulit/sakit menelan
7) Benjolan di pangkal leher
8) Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
1) Berat badan berkurang
2) Nafsu makan hilang
3) Demam hilang timbul
4) Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
2.7 Komplikasi
a. Hematorak
b. Peneumutorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru
f. Atetektasis
2.8 Pemeriksaan diagnostic
Radiologi.
1) Foto Thorax Posterior-Anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2.9 Penatalakasanaa
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
( Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum
Kemoterafi.
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASPEK SECARA UMUM
Pengkajian
Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal masuk, No. MR, Dx Medis dan lain-lain.
Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kanan, dan nafas sesak disertai nafsu makan berkurang, tubuh lemah, batuk atau batuk berdarah
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah dirawat dengan tumor paru
Biasanya klien pernah merokok,
Biasanya disebabkan oleh polusi udara seperti debu dan asap pabrik
Biasanya klien pernah mengalami penyaki saluran pencernaan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit tumor paru
Biasanya anggota keluarga klien pernah menderita penyakit saluran pernafasan
Pemeriksaan fisik
1) Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasan rutin dispnea aktivitas
Tanda : Kelesuhan ( biasanya tahap lanjut ) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulassi
Gejala : JVD (obstruksi vena kava)
Tanda : Tacikardi/disritmia
3) Integritas ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan menolak kondisi yang berat/potensial keganasan
Tanda : Kegelsahan, imsonia, pertanyaanyang diulang-ulang
4) Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul ( ketidak seimbangan hormonal, karsional sel kecil)
Tanda : Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal tumor epidermoid )
5) Makanan / cairan
Gejala : penurunan BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan
Tanda : kurus kerempeng atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/leher,dada, punggung (obstruksi vene kava) edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan, hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal tumor epidermid)
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (ketidakbiasaannya ada pad atahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat tidak dapat dipengaruhi oleh perubahn posisi.nyeri bahu tangan (khususnya pada sel besar adenokarsinoma). nyeri tulang sendi : erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan (sel besra atau adenokarsinoma).nyeri abdomen hilang timbul.
7) Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya atau produksi sputum, nafas pendek. Pakarja yang terpejam polutan, debu industri (misalnya abses obsida besi debu batu bara, materi radio aktif), dan riwayat merokok
Tanda : dispenea, meningkat dengan bekerja peningkatan freemitus taktil (menunjukan konsulidasi). krekel/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara) hemopitis.
8) Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau adenokarsinoma) kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas
Tanda : Ginekomasatik (prubahan hormon neo plastik, karsinoma sel besar), amenorea/impotent.
10) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor redikao keluarga kankar khususnya paru tuberkulosis
(Sumber : Doengoes Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 EGC)
Diagnosa Keperawatan
Preoperasi Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000,dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1) Kerusakan Pertukaran Gas b/d : Hipoventilasi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah atau viskositas secret paru, meningkatnya jalan nafas
3) Ketakutan atau ansietas b/d : factor psikologis, perubahan status kesehatan, takut mati
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d iintake yang tidak adekuat
5) Gangguan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
6) Gangguan komunikasi verbal b/d tidak dapat bicara
7) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/retensi urine
8) Nyeri b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada
Pasca operasi (Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1) Kerusakan pertukaran gas b/d: pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen, penurunan kapasitas pembawa oksigen darah/ kehilangan darah
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : peningkatan jumlah atau fiskositas sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan atau kelelahan
3) Nyeri atau akut b/d: insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
4) Ansietas b/d : krisis situasi, ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman kematian
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurang mengingat atau kurang informasi
Rencana keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/k. Hasil Intervensi Rasional
1.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret.
Kerusakan pertukaran gas b/d obstruksi bronkus.
Jalan nafas kembali efektif.
Kt : Menunjukkan
– Hilangnya dispreu
– Tidak ada secret.
– TTV dbn.
RR ± 16-20 X.
Kerusakan pertukaran gas dapat teratasi dengan baik.
Kh : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi.
– Catat upaya dan perubahan pola nafas.
– Observasi pada expansi dinding dada.
– Catat karakteristik batuk (Mis. Menetap,efektif, takefektif) juga karakteristik sputum.
– Kolaborasi pemberian bronkudikator ex. Aminophilin, albuterol, dll.
– Kaji status pernapasan (follow up)
– Catat adanya bunyi tambahan mis: krekles,mengi.
– Kaji adanya slanusi.
– Kolaborasi gambar seri GDA.
– Pengunaan otot interkostal abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan pelebaran upaya bernafas.
– Ekspedisi dada terbatas karena adanya penumpukan secret / supulum.
– Batuk dapat berubah tergantung pada penyebabnya.
– Obat untuk menghilangkan spasme bronkus, menghilangkan viskositas secret.
– Dispnea merupakan komponesasi terhadap adanya tahanan jalan nafas.
– Bunyi nafas dapat menghilangkan krekles menunjukkan bukti adanya menjukkan cairan dalam area jaringan.
– Oksigenisasi bermakna sebelum sianosis.
– Menunjukkan vertilasi atau oksigenasi.
Implementasi
Melaksanakan seluruh Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit KANKER PARU-PARU agar di peroleh kondisi klien yang optimal.
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan criteria hasil yang diharapkan dan melanjutkan merencanakan kembali intervensi keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel.
Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat memahami materi tentang CA Paru. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian pembaca dapat mengetahui cara pencegahan dari penyakit Ca Paru dan mengetahui cara mengobatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Gofar,Abdul.(2009). Cara mudah mengenal dan mengobati kanker. Jakarta : Flamingo.
Doengoes,M.(1999) rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3, Jakarta :EGC
Brunner dan Sudarth.(2002). Keperawatan Medical bedah, Edisi 8, Jakarta ,EGC.
Arif Muttaqin.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan system pernafasan.Salemba Medika