Askep Sindrom Cushing
Tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen: Erna Kadrianti, S.Kep, Ns.
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM CUSHING
KELOMPOK 1
KELAS A3
S1 KEPERAWATAN A
STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Kelompok 1
Kelas A3
1. JUFRIYANTO TAHIR
2. JUHAISA
3. JULANDARI
4. JULIANA
5. JUMARDI
6. JUNINGSI EKAWATI BHINEKA
7. JUSRANINGSI
8. JAWIDA
9. JUWILDA BARMAWI
10. JUWITA SIMON
11. KADRIANSYAH
12. KAPRI
13. KARMILA KAHAR
14. KARTIAH
15. KASMAWATI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah (moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan lain sebagainya.
Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia (10%) dan gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan gagal jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).
Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis, sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma), dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, asma bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis sindroma Chusing berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah melakukan terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat pasien yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk menentukan penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sindrom cushing
2. Untuk mengetahui etiologi sindrom cushing
3. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom cushing
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis sindrom cushing
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan sindrom cushing
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom cushing
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain :
- Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukotirid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen). (William. F. Ganang, Fisiologis Kedokteran, Hal 364)
- Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial, terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)
- Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan anak, Edisi 15 hal 1979).
B. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)
Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:
1. Pada sindrom chusing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal.
2. Pada sindrom chusing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh:
a. Hipofisis mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan hipofisis atau hipotalamus.
b. Keluarnya ACTH yang berasal dari ektopik non hipofisis (produksi hormone diluar hipofisis) meningkat, misalnya pada karsinoma bronkogenik, adenoma bronchial, dan karsinoma pancreas.
3. Pada sindrom chusing iatrogenic, kadar kortisol yang sangat tinggi sebagai akibat terapi glukokortikoid yang berlangsung lama.
C. Patofiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein. Menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh (Obesitas). Wajah bulan (moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit, efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
4. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi. Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghambat pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi,Reaksi peradangan Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan. Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis. Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid: Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler. Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
D. Manifestasi Klinis
1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Wajah bulan (moon face)
3. Perubahan-Perubahan pada kulit
4. Buffalo hump
5. Hipertensi
6. Disfungsi Gonad
7. Gangguan Psikologis
8. Kelemahan Otot, Mudah lelah
9. Osteoporosis akibat Katabolisme Protein yang berlebih
10. Haus dan poliuri
11. Gangguan tidur akibat dhiural kortisol
12. Nyeri punggung
E. Test Diagnostik
1. CT scan
Untuk Menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus syndrome cusing
2. Photo scaning
3. Pemeriksaan sidik nuklir
Kelenjar adrenal mengharuskan Pemberian kolesterol radio aktif secara inra vena
4. Pemeriksaan elektro kardiografi
Untuk menentukan adanya hipertensi. (Endokrinologi edisi 4 hal 437)
F. Penatalaksanaan
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis dibanding tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan hipertropi adrenal primer.
Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.
Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane, ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat – obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Data Dasar
Pengumpulan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:
- Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:
· Perubahan proporsi tubuh, berat badan,distribusi bulu tubuh, rambut kepala rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan luka sulit sembuh
· Nyeri tulang, terutama nyeri punggung
· Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan
· Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan
· Asupan makanan dan cairan selama 24 jam
· Peningkatan rasa haus dan nafsu makan
· Perubahan haluaran urine
· Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, ciri-ciri seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan ciri-ciri seksualitas sekunder
· Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan
- Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:
· Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki kurus, hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum sembuh.
· Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.
· Kardiovaskuler : tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan distensi vena jugularis.
· Nutrisi : asupan makanan dan cairan
· Musculoskeletal : massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari posisi duduk
· Eliminasi : haluaran urine dan adanya glukosuria
· Seksualitas : cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu tubuh, dan rambut kepala.
- Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya peningkatan kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi kortisol, CT Scan, dan ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal. (Standar Perawatan Pasien; Susan Martin Tucker, hal, 342)
Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan adalah:
a. Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:
Ø Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)
Ø Peningkatan natrium serum (hipernatremia)
Ø Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)
Ø Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)
Ø Peningkatan aldosteron plasma
b. Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :
Ø Penurunan berat jenis urine (urine encer)
Ø Peningkatan protein urine
Ø Peningkatan aldosteron urine.
- Penyimpangan KDM
- Analisa Data
Data Pendukung
Etiologi
Masalah
DS :
- Kelemahan secara menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri dari posisi duduk
- aktivitas dibantu keluarga dan perawat
- tirah baring /imobilisasi
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- pembentukan energy
- Intoleransi aktivitas
Intoleransi Aktivitas
DS :
- Klien mengatakan ada memar dan lukanya sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan ada luka yang belum sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- protein kulit hilang
- kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas kulit
DS :
- penolakan terhadap berbagai perubahan actual
- perasaan negative mengenai bagian tubuh (perasaan tidak berdaya)
- keputusasaan atau tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon face, buffalo hump, obesitas
- perubahan struktur dan atau fungsi actual
- Pemakaian obat glukokortikoid dalam jangka panjang
- kadar kortisol dalam darah
- distribusi jaringan adipose
- Moon face, buffalo hump
- Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
DS :
- Perubahan haluaran urine
DO :
- Haluaran urine dan adanya glukosuria
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- Retensi natrium
- Penumpukan cairan
- Gangguan keseimbangan cairan
Kelebihan volume cairan
DS :
- melaporkan nyeri baik secara verbal maupun nonverbal
DO :
- posisi untuk mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan mengeluh)
- perubahan dalam nafsu makan
- Pemakaian obat glukokortikoid dalam jangka panjang
- kadar kortisol dalam darah
- sekresi lambung
- ulkus
- nyeri
Nyeri
DS :
- Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketramppilan motorik halus
DO:
- Keterbatasan ROM
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- protein jaringan hilang
- atropi otot
- resti cedera
Resti Cedera
B. Diagnosa
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
- Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
- Resti cedera berhubungan dengan atropi otot
C. Perencanaan
No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein. Yang ditandai dengan :
DS :
- Kelemahan secara menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri dari posisi duduk
- aktivitas dibantu keluarga dan perawat
- tirah baring/imobilisasi
Setelah tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas baik, dengan kriteria hasil :
- klien menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya sendiri
- Kaji tanda-tanda intoleransi
- Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
- Bantu aktivitas klien yang berarti
- Pastikan lingkungan aman bagi keberlangsungan gerakan-gerakan yang melibatkan sejumlah besar otot-otot tubuh
- Adanya tanda-tanda intoleransi aktivitas, dapat memudahkan penentuan intervensi selanjutnya
- Aktivitas yang sesuai dengan kemampuan klien, akan mengurangi penggunaan kekuatan otot yang berlebihan
- Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan, dan klien tidak cepat capai
- Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak, mencegah terbentur pada sudut furniture yang tajam.
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, yang ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan ada memar dan lukanya sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan ada luka yang belum sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keadaan kulit membaik, dengan kriteria hasil
- Memar hilang
- Luka sembuh
- Turgor kulit baik
- Pigmentasi kulit normal
·
- Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
- Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- Inspeksi area tergantung edema.
- Berikan perawatan kulit. Berikan salep atau krim.
- Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
- Kolaborasi dalam pemberian matras busa.
- Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
- Mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
- Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
- Lotion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit
- Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
- Menurunkan tekanan lama pada jaringan.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, yang ditandai dengan:
DS :
- penolakan terhadap berbagai perubahan actual
- perasaan negative mengenai bagian tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusasaan atau tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon face, buffalo hump, obesitas
- perubahan struktur dan atau fungsi actual
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan citra tubuh kembali, dengan kriteria hasil :
- Dapat membicarakan diri sendiri secara positif
- Klien mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif tentang perubahan penampilan
- Bina hubungan saling percaya
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan
- Diskusikan arti perubahan pada pasien.
- Anjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
- Rujuk ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.
- Dengan hubungan saling percaya, klien akan dapat mengungkapkan perasaannya dan masalahnya
- Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
- Beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan kehilangan kemampuan control tubuh sendiri.
- Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup.
- Memberikan bantuan tambahan untuk manajemen jangka panjang dari perubahan pola hidup.
4.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium, yang ditandai dengan :
DS :
- Perubahan haluaran urine
DO :
- Haluaran urine dan adanya glukosuria
- edema
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat menunjukkan pulihnya volume cairan, dengan criteria hasil :
- Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal
- Tak ada edema.
- Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari.
- Awasi tekanan darah.
- Kaji derajat perifer/edema dependen
- Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
- Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
- Menunjukan status volume sirkulasi, terjadinya/ perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lenjut.
- Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler.
- Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin dan penurunan ADH.
- Penurunan albumin serum memperngaruhi tekanan osmotic koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
- Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
5.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan sekresi lambung, yang ditandai dengan :
DS :
- melaporkan nyeri baik secara verbal maupun nonverbal
DO :
- posisi untuk mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan mengeluh)
- perubahan dalam nafsu makan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang/hilang, dengan criteria hasil:
- Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang
- menunjukkan postur tubuh rileks
- mampu tidur dengan tepat
- Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
- Berikan obat sesuai indikasi. Mis, antasida.
- Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien.
- membantudalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
- makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makanan sedikit mencegah distensi dan haluaran gaster.
- menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia
6.
Resti cedera berhubungan dengan atropi otot,yang ditandai dengan :
DS :
- Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus
DO :
- Keterbatasan ROM
Setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan cedera tidak terjadi, dengan criteria hasil:
- Klien bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
- Klien bebas dari area ekimotik
- Klien tidak mengalami kenaikan suhu tubuh, kemerahan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi dan inflamasi lainnya
- Kaji tanda-tanda ringan infeksi
- Ciptakan lingkungan yang protektif
- Bantu klien ambulasi
- Berikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
- Efek antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda-tanda umum inflamasi dan infeksi.
- Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
- Mencegah terjatuh atau terbentur pada sudut furniture yang tajam.
- Meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis.
D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung pada pasien, keuarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan (Keliat, 2006).
No.
Diagnosa
Implementasi
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
- Mengkaji tanda-tanda intoleransi
- Membantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
- Membantu aktivitas klien yang berarti
- Memastikan lingkungan aman bagi keberlangsungan gerakan-gerakan yang melibatkan sejumlah besar otot-otot tubuh
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
- Menginspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
- Memantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- Menginspeksi area tergantung edema.
- Memberikan perawatan kulit. Memberikan salep atau krim.
- Menganjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian matras busa.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
- Membina hubungan saling percaya
- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan
- Mendiskusikan arti perubahan pada pasien.
- Menganjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
- Merujuk ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.
4.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium.
- Mengukur masukan dan haluaran, mencatat keseimbangan positif. Menimbang berat badan tiap hari.
- Mengawasi tekanan darah.
- Mengkaji derajat perifer/edema dependen
- Mengawasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
- Membatasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
5.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan sekresi lambung.
- Mencatat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Mengkaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Memberikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
- Memberikan obat sesuai indikasi. Mis, antasida.
6.
Resti cedera berhubungan dengan atropi otot.
- Mengkaji tanda-tanda ringan infeksi
- Menciptakan lingkungan yang protektif
- Membantu klien ambulasi
- Memberikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Hasil yang diharapkan:
- Menurunkan resiko cedera dan infeksi
· Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak
· Bebas daerah ekimosis.
· Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-tanda lain infeksi serta inflamasi.
- Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
· Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan periode istirahat
· Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
· Bebas komplikasi mobilitas.
- Mencapai/mempertahankan integritas kulit.
· Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi
· Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan
· Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang menonjol setiap hari.
- Mencapai perbaikan citra tubuh.
· Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual dan tingkat aktivitas.
· Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid yang berlebihan.
- Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
- Tidak adanya komplikasi.
· Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal serta bebas dari gejala krisis addisonian.
· Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal yang harus dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil pada keadaan sakit serta stress berat.
· Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komplikasi sindrom cusing
· Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut. (Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.
Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat rangsangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep sindrom cushing serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://alam414m.blogspot.com/2011/06/askep-sindrom-cushing.html
http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-makalah.html#.UVb03lLM6o8
http://baioe.wordpress.com/2009/04/25/3/
http://dhaniekim.blogspot.com/2011/05/askep-cushings-sindrom.html
http://geagreen.blog.com/2011/10/07/sindrom-cushing-hiperkostisolisme/
http://iry4.blogspot.com/p/askep-cuising-sindrom.html
http://medicastore.com/penyakit/3052/Cushing%27s_Syndrome.html
Tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen: Erna Kadrianti, S.Kep, Ns.
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM CUSHING
KELOMPOK 1
KELAS A3
S1 KEPERAWATAN A
STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Kelompok 1
Kelas A3
1. JUFRIYANTO TAHIR
2. JUHAISA
3. JULANDARI
4. JULIANA
5. JUMARDI
6. JUNINGSI EKAWATI BHINEKA
7. JUSRANINGSI
8. JAWIDA
9. JUWILDA BARMAWI
10. JUWITA SIMON
11. KADRIANSYAH
12. KAPRI
13. KARMILA KAHAR
14. KARTIAH
15. KASMAWATI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah (moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan lain sebagainya.
Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia (10%) dan gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan gagal jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).
Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis, sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma), dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, asma bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis sindroma Chusing berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah melakukan terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat pasien yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk menentukan penyebabnya harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sindrom cushing
2. Untuk mengetahui etiologi sindrom cushing
3. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom cushing
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis sindrom cushing
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan sindrom cushing
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom cushing
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Definisi sindrom chusing dari beberapa sumber, antara lain :
- Syndrome Chusing: Gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukotirid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (Latrogen). (William. F. Ganang, Fisiologis Kedokteran, Hal 364)
- Syndrome Chusing: Di sebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortial, terutama kortisol. (IPD.Edisi III jilid I, hal 826)
- Syndrome Chusing: Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan anak, Edisi 15 hal 1979).
B. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)
Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:
1. Pada sindrom chusing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal.
2. Pada sindrom chusing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH dapat diakibatkan oleh:
a. Hipofisis mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan hipofisis atau hipotalamus.
b. Keluarnya ACTH yang berasal dari ektopik non hipofisis (produksi hormone diluar hipofisis) meningkat, misalnya pada karsinoma bronkogenik, adenoma bronchial, dan karsinoma pancreas.
3. Pada sindrom chusing iatrogenic, kadar kortisol yang sangat tinggi sebagai akibat terapi glukokortikoid yang berlangsung lama.
C. Patofiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein. Menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh (Obesitas). Wajah bulan (moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit, efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
4. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi. Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghambat pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi,Reaksi peradangan Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan. Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis. Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid: Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler. Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
D. Manifestasi Klinis
1. Rambut kepala menjadi tipis
2. Wajah bulan (moon face)
3. Perubahan-Perubahan pada kulit
4. Buffalo hump
5. Hipertensi
6. Disfungsi Gonad
7. Gangguan Psikologis
8. Kelemahan Otot, Mudah lelah
9. Osteoporosis akibat Katabolisme Protein yang berlebih
10. Haus dan poliuri
11. Gangguan tidur akibat dhiural kortisol
12. Nyeri punggung
E. Test Diagnostik
1. CT scan
Untuk Menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus syndrome cusing
2. Photo scaning
3. Pemeriksaan sidik nuklir
Kelenjar adrenal mengharuskan Pemberian kolesterol radio aktif secara inra vena
4. Pemeriksaan elektro kardiografi
Untuk menentukan adanya hipertensi. (Endokrinologi edisi 4 hal 437)
F. Penatalaksanaan
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis dibanding tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan hipertropi adrenal primer.
Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.
Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane, ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat – obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Data Dasar
Pengumpulan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:
- Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:
· Perubahan proporsi tubuh, berat badan,distribusi bulu tubuh, rambut kepala rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan luka sulit sembuh
· Nyeri tulang, terutama nyeri punggung
· Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan
· Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan
· Asupan makanan dan cairan selama 24 jam
· Peningkatan rasa haus dan nafsu makan
· Perubahan haluaran urine
· Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, ciri-ciri seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan ciri-ciri seksualitas sekunder
· Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan
- Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:
· Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki kurus, hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum sembuh.
· Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.
· Kardiovaskuler : tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan distensi vena jugularis.
· Nutrisi : asupan makanan dan cairan
· Musculoskeletal : massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari posisi duduk
· Eliminasi : haluaran urine dan adanya glukosuria
· Seksualitas : cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu tubuh, dan rambut kepala.
- Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya peningkatan kortisol serum, hilangnya irama diurnal dari produksi kortisol, CT Scan, dan ultrasuara untuk mengetahui adanya tumor adrenal. (Standar Perawatan Pasien; Susan Martin Tucker, hal, 342)
Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan adalah:
a. Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:
Ø Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)
Ø Peningkatan natrium serum (hipernatremia)
Ø Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)
Ø Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)
Ø Peningkatan aldosteron plasma
b. Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :
Ø Penurunan berat jenis urine (urine encer)
Ø Peningkatan protein urine
Ø Peningkatan aldosteron urine.
- Penyimpangan KDM
- Analisa Data
Data Pendukung
Etiologi
Masalah
DS :
- Kelemahan secara menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri dari posisi duduk
- aktivitas dibantu keluarga dan perawat
- tirah baring /imobilisasi
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- pembentukan energy
- Intoleransi aktivitas
Intoleransi Aktivitas
DS :
- Klien mengatakan ada memar dan lukanya sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan ada luka yang belum sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- protein kulit hilang
- kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas kulit
DS :
- penolakan terhadap berbagai perubahan actual
- perasaan negative mengenai bagian tubuh (perasaan tidak berdaya)
- keputusasaan atau tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon face, buffalo hump, obesitas
- perubahan struktur dan atau fungsi actual
- Pemakaian obat glukokortikoid dalam jangka panjang
- kadar kortisol dalam darah
- distribusi jaringan adipose
- Moon face, buffalo hump
- Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
DS :
- Perubahan haluaran urine
DO :
- Haluaran urine dan adanya glukosuria
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- Retensi natrium
- Penumpukan cairan
- Gangguan keseimbangan cairan
Kelebihan volume cairan
DS :
- melaporkan nyeri baik secara verbal maupun nonverbal
DO :
- posisi untuk mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan mengeluh)
- perubahan dalam nafsu makan
- Pemakaian obat glukokortikoid dalam jangka panjang
- kadar kortisol dalam darah
- sekresi lambung
- ulkus
- nyeri
Nyeri
DS :
- Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketramppilan motorik halus
DO:
- Keterbatasan ROM
- Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary
- sekresi kortisol
- kadar kortisol dalam darah
- produksi protein
- protein jaringan hilang
- atropi otot
- resti cedera
Resti Cedera
B. Diagnosa
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
- Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung
- Resti cedera berhubungan dengan atropi otot
C. Perencanaan
No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein. Yang ditandai dengan :
DS :
- Kelemahan secara menyeluruh
DO :
- kemampuan berdiri dari posisi duduk
- aktivitas dibantu keluarga dan perawat
- tirah baring/imobilisasi
Setelah tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas baik, dengan kriteria hasil :
- klien menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya sendiri
- Kaji tanda-tanda intoleransi
- Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
- Bantu aktivitas klien yang berarti
- Pastikan lingkungan aman bagi keberlangsungan gerakan-gerakan yang melibatkan sejumlah besar otot-otot tubuh
- Adanya tanda-tanda intoleransi aktivitas, dapat memudahkan penentuan intervensi selanjutnya
- Aktivitas yang sesuai dengan kemampuan klien, akan mengurangi penggunaan kekuatan otot yang berlebihan
- Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan, dan klien tidak cepat capai
- Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak, mencegah terbentur pada sudut furniture yang tajam.
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, yang ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan ada memar dan lukanya sulit sembuh
DO :
- Terdapat memar dan ada luka yang belum sembuh
- Kelembapan kulit
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keadaan kulit membaik, dengan kriteria hasil
- Memar hilang
- Luka sembuh
- Turgor kulit baik
- Pigmentasi kulit normal
·
- Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
- Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- Inspeksi area tergantung edema.
- Berikan perawatan kulit. Berikan salep atau krim.
- Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
- Kolaborasi dalam pemberian matras busa.
- Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
- Mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
- Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
- Lotion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit
- Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
- Menurunkan tekanan lama pada jaringan.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, yang ditandai dengan:
DS :
- penolakan terhadap berbagai perubahan actual
- perasaan negative mengenai bagian tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusasaan atau tidak ada kekuatan
DO :
- adanya moon face, buffalo hump, obesitas
- perubahan struktur dan atau fungsi actual
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan citra tubuh kembali, dengan kriteria hasil :
- Dapat membicarakan diri sendiri secara positif
- Klien mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif tentang perubahan penampilan
- Bina hubungan saling percaya
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan
- Diskusikan arti perubahan pada pasien.
- Anjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
- Rujuk ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.
- Dengan hubungan saling percaya, klien akan dapat mengungkapkan perasaannya dan masalahnya
- Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
- Beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan kehilangan kemampuan control tubuh sendiri.
- Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup.
- Memberikan bantuan tambahan untuk manajemen jangka panjang dari perubahan pola hidup.
4.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium, yang ditandai dengan :
DS :
- Perubahan haluaran urine
DO :
- Haluaran urine dan adanya glukosuria
- edema
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat menunjukkan pulihnya volume cairan, dengan criteria hasil :
- Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal
- Tak ada edema.
- Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari.
- Awasi tekanan darah.
- Kaji derajat perifer/edema dependen
- Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
- Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
- Menunjukan status volume sirkulasi, terjadinya/ perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lenjut.
- Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler.
- Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin dan penurunan ADH.
- Penurunan albumin serum memperngaruhi tekanan osmotic koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
- Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
5.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan sekresi lambung, yang ditandai dengan :
DS :
- melaporkan nyeri baik secara verbal maupun nonverbal
DO :
- posisi untuk mengurangi nyeri
- tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan mengeluh)
- perubahan dalam nafsu makan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang/hilang, dengan criteria hasil:
- Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang
- menunjukkan postur tubuh rileks
- mampu tidur dengan tepat
- Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
- Berikan obat sesuai indikasi. Mis, antasida.
- Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien.
- membantudalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
- makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makanan sedikit mencegah distensi dan haluaran gaster.
- menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia
6.
Resti cedera berhubungan dengan atropi otot,yang ditandai dengan :
DS :
- Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus
DO :
- Keterbatasan ROM
Setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan cedera tidak terjadi, dengan criteria hasil:
- Klien bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
- Klien bebas dari area ekimotik
- Klien tidak mengalami kenaikan suhu tubuh, kemerahan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi dan inflamasi lainnya
- Kaji tanda-tanda ringan infeksi
- Ciptakan lingkungan yang protektif
- Bantu klien ambulasi
- Berikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
- Efek antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda-tanda umum inflamasi dan infeksi.
- Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
- Mencegah terjatuh atau terbentur pada sudut furniture yang tajam.
- Meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis.
D. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung pada pasien, keuarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan (Keliat, 2006).
No.
Diagnosa
Implementasi
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
- Mengkaji tanda-tanda intoleransi
- Membantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
- Membantu aktivitas klien yang berarti
- Memastikan lingkungan aman bagi keberlangsungan gerakan-gerakan yang melibatkan sejumlah besar otot-otot tubuh
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
- Menginspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
- Memantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- Menginspeksi area tergantung edema.
- Memberikan perawatan kulit. Memberikan salep atau krim.
- Menganjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian matras busa.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
- Membina hubungan saling percaya
- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan
- Mendiskusikan arti perubahan pada pasien.
- Menganjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
- Merujuk ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.
4.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium.
- Mengukur masukan dan haluaran, mencatat keseimbangan positif. Menimbang berat badan tiap hari.
- Mengawasi tekanan darah.
- Mengkaji derajat perifer/edema dependen
- Mengawasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
- Membatasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
5.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan sekresi lambung.
- Mencatat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Mengkaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
- Memberikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
- Memberikan obat sesuai indikasi. Mis, antasida.
6.
Resti cedera berhubungan dengan atropi otot.
- Mengkaji tanda-tanda ringan infeksi
- Menciptakan lingkungan yang protektif
- Membantu klien ambulasi
- Memberikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Hasil yang diharapkan:
- Menurunkan resiko cedera dan infeksi
· Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak
· Bebas daerah ekimosis.
· Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-tanda lain infeksi serta inflamasi.
- Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
· Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan periode istirahat
· Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
· Bebas komplikasi mobilitas.
- Mencapai/mempertahankan integritas kulit.
· Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi
· Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan
· Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang menonjol setiap hari.
- Mencapai perbaikan citra tubuh.
· Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual dan tingkat aktivitas.
· Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid yang berlebihan.
- Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
- Tidak adanya komplikasi.
· Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal serta bebas dari gejala krisis addisonian.
· Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal yang harus dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil pada keadaan sakit serta stress berat.
· Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komplikasi sindrom cusing
· Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut. (Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.
Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat rangsangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep sindrom cushing serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://alam414m.blogspot.com/2011/06/askep-sindrom-cushing.html
http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-makalah.html#.UVb03lLM6o8
http://baioe.wordpress.com/2009/04/25/3/
http://dhaniekim.blogspot.com/2011/05/askep-cushings-sindrom.html
http://geagreen.blog.com/2011/10/07/sindrom-cushing-hiperkostisolisme/
http://iry4.blogspot.com/p/askep-cuising-sindrom.html
http://medicastore.com/penyakit/3052/Cushing%27s_Syndrome.html