1.1 Latar Belakang
Trauma kepala merupakan suatu traume yang mengenai daerah kulit kepala baik mengenai tulang tengkorak atau otak akibat terbenturnya atau terjadinya injury baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seorang perawat sangat berperan di dalam penanganan gawat darurat dalam kasus trauma kepala, bagaimana cara kita melakukan pengkajian keperawatan tentang trauma kepala sampai dengan melakukan evaluasi dari kasus yang telah tersedia.
Trauma kepala dapat diklasifikasikan dengan beberapa jenis diantaranya
Trauma kepala minor, apabila trauma kapala dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran atau amnesia kurang dari 30 menit
Trauma kepala sedang, apabila trauma kepala yang dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran dan bisa mengakibatkan amnesia lebih dari 30 menit namun kurang dari 24 jam
Trauma kepala berat, apabila trauma kepala yang dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran dan menyebabkan amnesia lebih dari 24 jam
Sedangkan jenisnya dapat di bagi menjadi 2 yaitu trauma kepala sobek pada kulit kepala dan fraktur pada tulang tengkorak.
1.2 Tujuan makalah
Untuk mengetahui definisi dari trauma kepala
Untuk mengetahui bagaimana pengkajian terhadap kasus trauma kepala
Memahami perumusan diagnosa keperawatan trauma kepala
Memahami tindakan planning dan intervensi sampai dengan melakukan evaluasi
1.3 Rumusan masalah
Apa definisi trauma kapala?
Bagaimana pengklasifikasian dari trauma kepala?
Ada berapa jenis trauma kepala?
Bagaimana contoh kasusnya?
Bagaimana proses keperawatan dari kasus tersebut?
1.4 Manfaat
Dari penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memebrikan manfaat bagai mahasiswa keperawatan dalam menganalisa kasus dan menyusun proses keperawatannya mualai dari pengkajian hingga melakukan evaluasi dari kasus tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):
Minor
SKG 13 – 15·
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.·
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.·
Sedang
SKG 9 – 12·
Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.·
Dapat mengalami fraktur tengkorak.·
Berat
SKG 3 – 8·
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.·
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.·
2.3 Etiologi
Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.§
Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.§
Cedera akibat kekerasan.§
2.4 Patofisiologis
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak. Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.
2.5 Jenis Trauma Kepala
1. Robekan kulit kepala.
Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini adalah infeksi.
Fraktur tulang tengkorak.
Fraktur tulang tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang tengkorak :
a. Garis patahan atau tekanan.
b. Sederhana, remuk atau compound.
c. Terbuka atau tertutup.
Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, moentum, trauma langsung atau tidak.
Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan dengan CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea (CSF keluar dari mata).
Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu cairan ditampung dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah (Holo/Ring Sign).
Komplikasi
Komplikaasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital dimana cairan CSF disekitar periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), perdarahan konjunctiva atau edema periorbital.
Commotio serebral :
Concussion/commotio serebral adalah keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah keotak. Kondisi ini biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi secara nyata tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan kesadaran sebagai akibat saat adanya stres/tekanan/rangsang pada reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi hanya beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.
Contusio serebral:
Contusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan berkumpulnya asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.
Kontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury.
Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.
Diffuse axonal injury:
Adalah injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran berlangsung segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan keadaan persistent vegetative.
Injury Batang Otak:
Walaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan injury batang otak akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon okulomotorik, dan abnormal pola nafas.
2.6 Pathway
2.7 Kasus
Ny. A, 34 tahun, islam, menikah, pendidikan terakhir S-1 Accountant, bekerja sebagai pegawai bank BCA cabang Kota Kediri, beralamat di Jl. Wulirang No.54 Kota Kediri. MRS datang ke UGD RS Gambiran Kediri, 25 Maret 2011 pukul 13.00 WIB dalam kondisi tidak sadarkan diri dan keadaan kepala mengalami perdarahan akibat kecelakaan sepeda motor. Dan berdasarkan diagnosa medis pasien mengalami trauma kepala ringan. Pengkajian dilakukan perawat tanggal 28 Maret 2011 pukul 15.00 WIB, dengan RM 012345, pasien kehilangan kesadaran dan terdapat luka di bagian punggung kanan atas berdekatan dengan clavicula namun hanya ringan bukan luka dalam. Dan berdasarkan keterangan adiknya, pasien sempat membuka matanya sekitar 5 menit dengan keadaan menahan nyeri bagian kepala. Lalu pasien tidak sadarkan diri, sehingga tidak dapat memberi keterangan lebih lanjut. Data lain yang di dapat saat pengkajian :
KU = Lemah
S = 320C
N = 80 x / menit
TD = 90/60 mmhg
RR = 24 x / menit
Mata = Anemis
Gerakan dada simetris, dan kondisi pernafasan normal. S1/S2 tunggal, irama jantung normal tidak ada bunyi tambahan CRT 4 dt, kulit pucat, akral dingin basah, turgor 3 dtk. Konjunktiva pucat, pupil isokor 3 mm, tdk ada pembesaran tiroid, sudah terpasang infus, terpasang oksigenisasi,dan terpasang kateter. Produksi urin 1500 cc/hari, warna kuning, bau khas. Mulut tampak plak putih, mukosa kotor. Pasien terbaring dengan posisi supine pernafasan normal.
PENGKAJIAN PROFESIONAL EMERGENCY
DATA UMUM
Nama px : Ny. A
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : S-1 Accountant
Pekerjaan : Pegawai Bank BCA cabang Kediri
Alamat : Jl. Wulirang No. 54 Kota Kediri
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal pengkajian : 28 maret 2011 ,pukul : 15.00
Tanggal MRS : 25 maret 2011 ,pukul : 13.00
No. RM : 012345
Ruang : UGD
Dx Medis : Trauma Kepala ringan
DATA KHUSUS
Subyektif
Keluhan utama : nyeri bagian kepala
Riwayat penyakit sekarang :
P : pasien mengalami kecelakaan di depan Hotel Merdeka Kota
Kediri pada hari minggu,
Q : rintihan nyeri
R : pada kepalanya terasa nyeri karena kepalanya mengalami
perdarahan dan akhirnya pasien tidak sadarkan diri.
S : 7
T : 25 maret 2011 pukul 12.35 WIB
Riwayat penyait yang pernah diderita : (-)
Riwayat penyakit keluarga : (-)
Riwayat alergi : (-)
Obyektif
KU = Lemah
Aiway
a. Tidak ada bunyi ronci ataupun wheezing
b. Mengalami perdarahan pada daerah otak
Breathing
a. Gerakan dada simetris
b. Pernafasan normal
Circulation
a. Akral kaki dan tangan dingin
b. CRT 4 dtk
c. Pada bagian kulit otak mengalami perdarahan
Disability
a.Tingkat Kesadaran : Tidak sadar namun berespon terhadap nyeri ( Pain)
b.Pupil : Isokor
c.Terdapat rangsangan terhadap cahaya
Exposure
Tidak ada tanda kelainan fisik
Full of vital sign
a. TD : 90/60 mmhg
b. RR : 24x/ menit
c. N : 80x/menit
d. S : 320C
e. Pasien terpasang infus
f. Pasien terpasang kateter
g. Pasien terpasang oksigen
h. Warna urine kuning, bau khas dan produksi urine 1500 cc/ hari
i. pemeriksaan laborat : (-)
Give comfort
Pasien mengalami ketidaknyamanan karena pasien telah terpasang oksigen, kateter dan infus serta raasa nyeri yang dirasakannya.
History
Berdasarkan mekanisme terjadinya kecelakaan yang dialami pasien, pasien mengalami perdarahan ketika itu, kondisi pasien sebelum kehilangan kesadaran sempat sadar selma kurang lebih 5 menit dan merasa nyeri di bagian kepalanya akibat perdarahan.
Head to toe assesment (-)
Pola pemeliharaan kesehatan (-)
Inspect Posterior Susface
Terdapat luka di bagian punggung kanan atas bedekatan dengan clavicula namun bukan luka dalam melainkan luka ringan.
DAFTAR PRIORITAS MASALAH
Nyeri akut
Perfusi cerebral tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
S : pasien merintih nyeri pada bagian kepala setelah mengalami kecelakaan
O : pasien nampak grimace
Trauma
Kerusakan saraf otak
Suplai nutrisi ke otak
Perubahan metabolisme anaerob
Hipoxia
Edema jaringan otak
Nyeri akut
2.
S : nyeri pada kepala sangat hebat
O : pasien mengalami perdarahan pada daerah nyeri (otak)
Trauma
Kerusakan saraf otak
Suplai nutrisi
Perubahan metabolisme anaerob
Vasodilatasi cerebri
Penekanan pembuluh darah dan jaringan cerebral
Perfusi cerebri tidak efektif
3.
S : (-)
O : pasien tampak kesakitan pada daerah otak
Trauma
Kerusakan saraf otak
Suplai nutrisi
Perubahan metabolisme anaerob
Vasodilatasi cerebri
Penekanan pembuluh darah dan jaringan cerebral
Perfusi cerebri tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
RENCANA KEPERAWATAN
Nama klien : Ny.A
No. RM : 0123456
Hari Rawat ke : 2
NO
DX KEP
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri akut
1.untuk meminimalisir nyeri akut
2.untuk menghilangkan rasa sakitK : kaji skala nyeri pasien
E : berikan edukasi pada pasien tentang trauma yang diderita
T : berikan kenymanan pada lingkungan sekitarnya
O : observasi tindakan, apakah pasien nyaman dengan lingkungan sekitar
K : berikan terapi obat dengan tim medis lainnyaTindakan tersebut dilakukan karena mempermudah perawat dalam mengikuti perkembangan pasien
2.
Perfusi cerebral tidak efektif
Untuk mengurangi terjadinya perdarahanK : kaji jenis trauma
E : berikan edukasi pada pasien agar tidak terlalu banyak aktifitas dulu
T : lakukan tindakan pemberian cairan infus sesuai diagnosa medis
O : observasi tindakan pemberian infus
K ; berikan terapi obat kolaborasi dengan tenaga medis lain
Tindakantersebut dilakukan karena merupakan salah satu pilihan alternatif yang bisa dijadikan acuan dalam menangani pasien dengan trauma kepala
3.
Gangguan pertukaran gas
Untuk memperlancar jalannya udara yang masuk seimbang dengan udara yang keluar tubuhK : kaji pernafasan pasien
E ; berikan edukasi kepada pasien tentang bagaimana nafas efektif
T : lakukan tindakan TTV berhub,dengan pengukuran RR
O ; observasi ukuran batas normal TTV
K : kolaborasi pemberisn obat dengan tindakan medisTindakan tersebut dilakukan karena dapat membantu pasie dalam memperlancar pernafasan kembali
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. A
Dx Medis : Trauma Kepala Ringan
NO
TGL
JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI (SOAP)
PARAF
1
27 maret 2011 06.45 1. mengkaji skala nyeri
2. memenuhi kebutuhan dasar manusianya
3. melakukan terapi dekstraksi relaksasiS :setelah dilakukan pengukuran skala nyeri di daerah kepala dan dipenuhi kebutuhan manusianya
O : pasien tampak nyeri kesakitan
A : masalah belum teratasi
P : ulangi intervensi 1&3 secara rutin
2.
27 maret 201109.501. memberikan ciran infus NaCl 400 cc
2. mengkaji skala nyeri pada otak berkaitan dengan perfusi cerebral yang tidak efektifS : (-)
O : pasien tampak nyaman dengan kondisi sekarang,skala nyeri berkurang dan pasien dapat bermobilisasi dengan bantuan minimal
A : masalah teratasi sebagaian
P : modfikasi intervensi
3.
27 maret 201116.061.melakukan pengukuran TTV
2. Memberikan injeksi kolaborasi obatS : pasien merasa agak baik dengan kondisi badannya namun kondisi kepala masih sangat terasa nyeri
O : pasien tampak tiduran belum sanggup bermobilisasi di luar bed
A ; masalah belum teratasi
P : modifikasi intervensi
BAB III
P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
Trauma kepala telah didefinisikan sebagai kerusakan jaringan di kepala yang diakibatkan oleh benturan kesobekan pada kulit kepala. Dan dari jenisnya dapat dilihat bahwa trauma kepala dapat bersifat ringan, sedang maupun berat, hal ini dapat dilihat dari jenis benturan yang terjadi misalnya pada waktu terjadi kecelakaan klien terbentur dan dapat mengakibatkan luka dalam pada tulang tengkorak otak, hal ini dapat beresiko terjadinya trauma kepala berat namun kita tidak bisa mendefinisikan hal tersebut sebagai trauma berat apabila sebelum adanya diagnosa medis dari dokter terkait
3.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa penyusnan makalah kami ini sangatlah kurag dari kesempurnaan, oleh karena itu bagai pembaca atau mahasiswa yang membaca makalah ini, kami mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah arti dan kami sebagai manuasia membuka hati kami untuk kritik dan saran yang membangun demi penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV Sagung Seto; 2001.
2. Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta: EGC; 1996.
3. Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.
4. Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC; 1999.
5. https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/09/26/makalah-cedera-kepala