Antiemetik (Obat Anti Muntah)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini, mual dan masih dianggap efek samping pengobatan yang tidak bisa dihindari, terutama pasa pasien kemoterapi. Padahal dengan pengobatan tepat, hal ini bisa dihindari dan memudahkan pasien menjalani pengobatan.
Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pasien terkait pengobatan dan penyakit yang diderita. Pada pasien kanker, mual dan muntah menjadi momok sendiri pada pasien yang menjalani kemoterapi dan radiasi. Kondisi serupa juga sering ditemui pada pasien yang usai menjalani pembedahan atau operasi.
Obat-obat antiemesis digunakan untuk mencegah atau menghentikan rasa mual dan muntah setidaknya 24 jam setelah pengobatan atau operasi. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Untuk hasil terbaik, antiemesis diberikan sesaat sebelum tindakan kemoterapi atau radiasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi muntah
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya muntah
3. Untuk mengetahui pengertian antiemesis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis antiemesis
C. Manfaat
1. Mengetahui definisi muntah
2. Mengetahui penyebab terjadinya muntah
3. Mengetahui pengertian antiemesis
4. Mengetahui jenis-jenis antiemesis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai perlindungan melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna atas seperti halnya diare pada saluran cerna bawah (neurogastrenterologi). Mual adalah suatu respon yang berasal dari respon penolakan yang dapat ditimbulkan oleh rasa, cahaya, atau penciuman.
B. Patofisiologi
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf. Koordinasi pusat muntah dapat dirangsang melalui berbagai jaras.
Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui mekanisme ini. Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus vagal dan visceral merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna disertai saluran cerna dan pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya muntah.
Muntah merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia muntah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching dan pengeluaran isi lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, 1) chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan 2) central vomiting centre (CVC).
C. Etiologi
Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) meskipun tdk selalu demikian dan mempunyai ciri :
ü Pucat
ü Berkeringat
ü Liur berlebihan
ü Tachycardia
ü Pernafasan tidak teratur
D. Pengobatan Muntah
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual. Antimuntah biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid, anestetik umum dan kemoterapi terhadap kanker. Obat-obatan antimuntah terdiri dari:
1. Antagonis reseptor 5-HT3 - obat ini akan menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat pasca-operasi dan sitotoksik obat. Serotonin Antagonists merupakan obat yang paling sering diberikan untuk mengatasi mual muntah pasien kemoterapi, radiasi, dan bedah. Lima jenis obat dari kelas ini yang digunakan sebagai antiemesis adalah granisetron, ondansetron, dolasetron, tropisetron dan palonosetron. Serotonin antagonis bekerja dengan menghambat serotonin di otak dan usus. Obat ini bisa ditolerir dengan baik dan sangat efektif.
· Dolasetron
· Granisetron
· Ondansetron
· Tropisetron
Antagonis dopamin bekerja pada otak an digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah dan dihubungkan dengan penyakit neoplasma, pusing karena radiasi, opioid, obat sitotoksik, dan anestetik umum. Obat yang bekerja pada area dopamine, yakni domperidone. Obat ini merupakan dopamine antagonis yang tidak benar-benar masuk ke sistem saraf pusat. Profil domperidone sebagai antiemesis mirip dengan metoklorpamida, namun domperidone memiliki efek ekstrapiramida yang lebih ringan. Domperidone diberikan dalam bentuk oral maupun parenteral. Pada orang sehat, domperidone akan mempercepat pengosongan cairan lambung dan meningkatkan tekanan oesophageal sphincter bagian bawah. Domperidone efektif menghilangkan gejala dispepsia postprandial dan mual serta muntah karena berbagai sebab. Melalui beberapa studi obat ini lebih superior dibandingkan metoklopramida. Domperidone juga memiliki efek baik lainnya. Studi oleh Orlando dkk dari Departemen Pediatrik, Farmasi dan Perawat dari University of Western Ontario and St. Joseph's Health Care London, menunjukkan pemberian domperidone jangka pendek bisa meningkatkan produksi ASI pada perempuan yang memiliki kadar produksi ASI rendah.
· Domperidon
· Droperidol, Haloperidol, Klorpromazin, Prometazin, Proklorperazin. Beberapa obat ini terbatas kemampuannya karena terdapat efek samping pada ekstra-piramidal saraf dan sedatif.
· Metoklopramid juga bekerja pada saluran cerna sebagai pro-kinetik. Buruk pada penggunaan untuk sitotoksik dan muntah pasca-operasi.
Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1), efektif pada berbagai kondisi, termasuk mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa kehamilan. Antihistamin mencegah mual dan muntah dengan cara menghambat histamin dalam tubuh. Namun untuk pasien kemoterapi efeknya kurang kuat. Dari kelas benzamida misalnya metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja dengan menghambat dopamin.
· Siklizin
· Difenhidramin
· Dimenhidrinat
· Meklizin
4. Kanabinoid digunakan pasien dengan kakeksia, mual sitotoksik, dan muntah atau karena tidak responsif pada agen lainnya. Dari golongan Cannabinoid, dronabidol merupakan antiemesis untuk pasien yang menjalani kemoterapi. Obat ini efektif diberikan dalam bentuk oral. Deksametason dan metilprednisolon adalah dua obat dari golongan kortikosteroid yang biasa digunakan sebagai antiemesis.
· Ganja (Marijuana). Ganja digunakan dengan pertimbangan medis. CBD adalah kanabinoid yang tidak ada pada Marinol atau Cesamet.
· Dronabinol (Marinol). Sembilan puluh persen dari penjualannya digunakan untuk pasien kanker dan AIDS. 10% lainnya digunakan untuk meredakan rasa sakit, sklerosis multipelm dan penyakit Alzheimer
· Nabilon (Cesamet). Ditraik dari peredaran pada akhir 2006.
· Sativex adalah spray oral yang mengandung THC dan CBD. obat ini legal pada Kanada dan beberapa negara di Eropa, namun tidak di Amerika Serikat.
5. Benzodiazepin Dari kelas obat Benzodiazepin, lorazepam dan alprazolam adalah dua obat yang biasa digunakan sebagai antiemesis. Obat ini bisanya digunakan untuk gangguan kecemasan. Sebagai monoterapi, obat ini kurang efektif untuk mual dan muntah pasien kemoterapi dan radioterapi. Bisanya dikombinasikan dengan serotonin antagonis dan kortikosteroid. Obat-obat antipsikotik dari kelas Butrirofenon seperti haloperidol dan inapsine juga bisa digunakan sebagai antiemesis pasien kemoterapi. Cara kerja dua obat ini juga menghambat dopamine.
· Midazolam, efektif seperti ondansetron. Perlu penelitian lebih lanjut.
· Lorazepam merupakan pengobatan ajuvan yang baik untuk mual dengan pengobatan garis pertama seperti Komapzin atau Zofran.
6. Antikolinergik
· Hyoskin (atau Skopolamin)
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf.
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Obat-obatan antimuntah terdiri dari antagonis serotonin, antagonis dopamin, antagonis histamin, antikolinergik, kanabinoid, dan benzodiasepin.
B. Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui cara pemberian obat maupun cara kerja obat di dalam tubuh. Walaupun telah ada tenaga apoteker yang lebih mengkhususkan diri pada obat-obatan, tidak ada salahnya sebagai calon perawat kita mempelajari obat-obatan walaupun hanya secara umum saja.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini, mual dan masih dianggap efek samping pengobatan yang tidak bisa dihindari, terutama pasa pasien kemoterapi. Padahal dengan pengobatan tepat, hal ini bisa dihindari dan memudahkan pasien menjalani pengobatan.
Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pasien terkait pengobatan dan penyakit yang diderita. Pada pasien kanker, mual dan muntah menjadi momok sendiri pada pasien yang menjalani kemoterapi dan radiasi. Kondisi serupa juga sering ditemui pada pasien yang usai menjalani pembedahan atau operasi.
Obat-obat antiemesis digunakan untuk mencegah atau menghentikan rasa mual dan muntah setidaknya 24 jam setelah pengobatan atau operasi. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Untuk hasil terbaik, antiemesis diberikan sesaat sebelum tindakan kemoterapi atau radiasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi muntah
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya muntah
3. Untuk mengetahui pengertian antiemesis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis antiemesis
C. Manfaat
1. Mengetahui definisi muntah
2. Mengetahui penyebab terjadinya muntah
3. Mengetahui pengertian antiemesis
4. Mengetahui jenis-jenis antiemesis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai perlindungan melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna atas seperti halnya diare pada saluran cerna bawah (neurogastrenterologi). Mual adalah suatu respon yang berasal dari respon penolakan yang dapat ditimbulkan oleh rasa, cahaya, atau penciuman.
B. Patofisiologi
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf. Koordinasi pusat muntah dapat dirangsang melalui berbagai jaras.
Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui mekanisme ini. Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus vagal dan visceral merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna disertai saluran cerna dan pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya muntah.
Muntah merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia muntah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching dan pengeluaran isi lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, 1) chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan 2) central vomiting centre (CVC).
C. Etiologi
Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) meskipun tdk selalu demikian dan mempunyai ciri :
ü Pucat
ü Berkeringat
ü Liur berlebihan
ü Tachycardia
ü Pernafasan tidak teratur
D. Pengobatan Muntah
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual. Antimuntah biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid, anestetik umum dan kemoterapi terhadap kanker. Obat-obatan antimuntah terdiri dari:
1. Antagonis reseptor 5-HT3 - obat ini akan menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat pasca-operasi dan sitotoksik obat. Serotonin Antagonists merupakan obat yang paling sering diberikan untuk mengatasi mual muntah pasien kemoterapi, radiasi, dan bedah. Lima jenis obat dari kelas ini yang digunakan sebagai antiemesis adalah granisetron, ondansetron, dolasetron, tropisetron dan palonosetron. Serotonin antagonis bekerja dengan menghambat serotonin di otak dan usus. Obat ini bisa ditolerir dengan baik dan sangat efektif.
· Dolasetron
· Granisetron
· Ondansetron
· Tropisetron
Antagonis dopamin bekerja pada otak an digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah dan dihubungkan dengan penyakit neoplasma, pusing karena radiasi, opioid, obat sitotoksik, dan anestetik umum. Obat yang bekerja pada area dopamine, yakni domperidone. Obat ini merupakan dopamine antagonis yang tidak benar-benar masuk ke sistem saraf pusat. Profil domperidone sebagai antiemesis mirip dengan metoklorpamida, namun domperidone memiliki efek ekstrapiramida yang lebih ringan. Domperidone diberikan dalam bentuk oral maupun parenteral. Pada orang sehat, domperidone akan mempercepat pengosongan cairan lambung dan meningkatkan tekanan oesophageal sphincter bagian bawah. Domperidone efektif menghilangkan gejala dispepsia postprandial dan mual serta muntah karena berbagai sebab. Melalui beberapa studi obat ini lebih superior dibandingkan metoklopramida. Domperidone juga memiliki efek baik lainnya. Studi oleh Orlando dkk dari Departemen Pediatrik, Farmasi dan Perawat dari University of Western Ontario and St. Joseph's Health Care London, menunjukkan pemberian domperidone jangka pendek bisa meningkatkan produksi ASI pada perempuan yang memiliki kadar produksi ASI rendah.
· Domperidon
· Droperidol, Haloperidol, Klorpromazin, Prometazin, Proklorperazin. Beberapa obat ini terbatas kemampuannya karena terdapat efek samping pada ekstra-piramidal saraf dan sedatif.
· Metoklopramid juga bekerja pada saluran cerna sebagai pro-kinetik. Buruk pada penggunaan untuk sitotoksik dan muntah pasca-operasi.
Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1), efektif pada berbagai kondisi, termasuk mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa kehamilan. Antihistamin mencegah mual dan muntah dengan cara menghambat histamin dalam tubuh. Namun untuk pasien kemoterapi efeknya kurang kuat. Dari kelas benzamida misalnya metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja dengan menghambat dopamin.
· Siklizin
· Difenhidramin
· Dimenhidrinat
· Meklizin
4. Kanabinoid digunakan pasien dengan kakeksia, mual sitotoksik, dan muntah atau karena tidak responsif pada agen lainnya. Dari golongan Cannabinoid, dronabidol merupakan antiemesis untuk pasien yang menjalani kemoterapi. Obat ini efektif diberikan dalam bentuk oral. Deksametason dan metilprednisolon adalah dua obat dari golongan kortikosteroid yang biasa digunakan sebagai antiemesis.
· Ganja (Marijuana). Ganja digunakan dengan pertimbangan medis. CBD adalah kanabinoid yang tidak ada pada Marinol atau Cesamet.
· Dronabinol (Marinol). Sembilan puluh persen dari penjualannya digunakan untuk pasien kanker dan AIDS. 10% lainnya digunakan untuk meredakan rasa sakit, sklerosis multipelm dan penyakit Alzheimer
· Nabilon (Cesamet). Ditraik dari peredaran pada akhir 2006.
· Sativex adalah spray oral yang mengandung THC dan CBD. obat ini legal pada Kanada dan beberapa negara di Eropa, namun tidak di Amerika Serikat.
5. Benzodiazepin Dari kelas obat Benzodiazepin, lorazepam dan alprazolam adalah dua obat yang biasa digunakan sebagai antiemesis. Obat ini bisanya digunakan untuk gangguan kecemasan. Sebagai monoterapi, obat ini kurang efektif untuk mual dan muntah pasien kemoterapi dan radioterapi. Bisanya dikombinasikan dengan serotonin antagonis dan kortikosteroid. Obat-obat antipsikotik dari kelas Butrirofenon seperti haloperidol dan inapsine juga bisa digunakan sebagai antiemesis pasien kemoterapi. Cara kerja dua obat ini juga menghambat dopamine.
· Midazolam, efektif seperti ondansetron. Perlu penelitian lebih lanjut.
· Lorazepam merupakan pengobatan ajuvan yang baik untuk mual dengan pengobatan garis pertama seperti Komapzin atau Zofran.
6. Antikolinergik
· Hyoskin (atau Skopolamin)
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf.
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Obat-obatan antimuntah terdiri dari antagonis serotonin, antagonis dopamin, antagonis histamin, antikolinergik, kanabinoid, dan benzodiasepin.
B. Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui cara pemberian obat maupun cara kerja obat di dalam tubuh. Walaupun telah ada tenaga apoteker yang lebih mengkhususkan diri pada obat-obatan, tidak ada salahnya sebagai calon perawat kita mempelajari obat-obatan walaupun hanya secara umum saja.